Selasa, 01 Maret 2011

Panggilan hidup membiara

Dalam perkembangan agama Katolik, senantiasa ada pria maupun wanita yang dengan rela membaktikan diri untuk menjadi pastor, frater, bruder dan suster
Perkembangan agama Katolik di Indonesia pada umumnya dan Maluku khususnya dimulai dengan datangnya para misionaris dari Eropa, terutama para Pastor dan Bruder dari tarekat S.J.yang datang di kepulauan Kei dan kemudian disusul oleh mereka dari tarekat MSC dan kemudian para Projo yang semakin banyak jumlahnya. Demikian juga dengan para Suster, pada tahun 1905 datang Suster-Suster Fransiscanes dari Heythuizen yang kemudian digantikan oleh Suster-Suster tarekat “Puteri Bunda Hati Kudus” yang berkarya sampai dengan saat ini.
Kehadiran para biarawan dan biarawati kulit putih yang berkarya puluhan tahun di kepulauan Kei menggugah pula penduduk asli kepulauan ini, sehingga mulai tumbuh benih-benih panggilan hidup membiara baik sebagai pastor, bruder, frater maupun suster walaupun pada mulanya jumlah mereka masih sedikit. Sejarah membuktikan bahwa mereka yang pertama menanggapi panggilan Tuhan ini adalah kaum Hawa.
Pada tanggal 1 Mei 1927 Bapak Uskup Johanes Aerts mendirikan suatu tarekat baru untuk suster-suster pribumi yang dinamakan MARIA MEDIATRIX (Maria Bunda Pengantara) dan perintis para biarawati di sini adalah:
1. Nn. Olive Fofid dari Ngilngof dengan nama Str.Petronela
2. Nn. Tekhla Resubun dari Ngilngof dengan nama Str.Aloysia
3. Nn. Leonora Kasihiuw dari Haar dengan nama Str.Theresia
4. Nn. Maturbongs dari Kolser dengan nama Str. Clementina.
Keempat suster ini menempati sebuah rumah kecil (biara) yang diasuh oleh Muder Agelina PBHK
Bagi kaum lelaki, Mgr. Aerts mendirikan pula sebuah biara yang disebut BRUDER-BRUDER HATI KUDUS dan tiga orang yang mencalonkan diri menjadi perintis adalah
1. Ambrosius Lefaan dari Langgur
2. Kantius Tuyu dari Langoan – Minahasa dan
3. Donatus Tuyu dari Langoan – Minahasa


Panggilan hidup membiara dari Kelanit
Setelah sekian lama agama Katolik berkembang di kampung Kelanit, maka dalam dekade tahun lima puluhan barulah nampak bertumbuh benih panggilan membiara tersebut. Pada tahun 1957 puteri terbaik pertama Kelanit bernama Nn Yulita Renyaan diterima sebagai anggota tarekat Diosesan Amboina MM dengan nama SUSTER VERONICA. Kuntum bunga ini tepatlah disebut sebagai perintis panggilan biarawati di kampung kita ini. Baru selang sepuluh tahun kemudian tumbuh lagi kuntum akedua yaitu Nn Theresia Lefteuw, Saudari kandung penulis. Ia masuk Novisiat pertama Tarekat PBHK di Langgur pada tgl 30 Desember 1967 dengan nama SUSTER THERESIA. Setelah bertugas di berbagai tempat, maka sejak 2003 ia menjabat sebagai Muder Regional PBHK Maluku dan kemudian menjadi asisten Provincial PBHK di Jakarta.54
Adapun Novisiat Tarekat BHK dibuka pertama kalinya di Maluku bertempat di Langgur dengan calon-calon suster pertamanya adalah:
1. Nn. Angelina Esomar dari desa Wain
2. Nn. Theresia Lefteuw dari desa Kelanit
3. Nn. Fredigonda Telyoarubun dari desa Revav
4. Nn. Gorreti Dumatubun dari desa Langgur
5. Beberapa Nona lain yang kemudian mundur.
Sebenarnya sebelum mereka ini sudah ada beberapa Suster PBHK pribumi, yang masuk novisiat di Jawa dan ada pula beberapa anggota yang pindahan dari Tarekat MM.
Baru pada tahun 1974 mekar lagi kuntum ketiga dari Kelanit yaitu Nn Anecta Lefteuw yang masuk novisiat MM dengan nama SUSTER ANDREA. Perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan cobaan, akhirnya Ia memutuskan pindah dari MM masuk Tarekat Alma. Sampai kini Ia menjadi salah satu andalan Alma. Setelah berkarya di Jakarta, lalu Malang, Ia sekarang malah dipercaya membuka karya Alma di Kelanit.
Ketiga Suster ini selain menjadi biarawati, mereka juga berkarya mengisi kas tarekat dengan bekerja sebagai guru. Sayang sekali bahwa sampai akhir abad ke 20 tahun 1999, belum ada yang mengikuti mereka.
Perlu diketahui bahwa selain ketiga puteri tersebut diatas, ada pula seorang putri kelahiran desa Sofyanin yang adalah keturunan lurus dari salah seorang diantara ke 18 orang perintis agama Katolik pertama yang dibaptis di kampung Kelanit, yaitu Jacobus Tesul Lefteuw (lazim dipanggil Yai Kean Vuun) dan ia menyerahkan diri kepada Bunda Maria lewat tarekat MM dengan mengambil nama Suster Christina Rumgeur, suster Christina ini adalah cucu pertama dari Bpk Ernes Lefteuw anak kandung Jacobus Tesul Lefteuw.
Panggilan biarawan khususnya bruder dan frater memang sampai dengan saat ini belum ada yang datang dari desa Kelanit, sedang benih panggilan masuk tarekat MSC baru ada pada tahun 1980

2 komentar: